DARI HABIBIE KE WONG AKSAN
Keduanya
pernah belajar di Jerman
Habibie
di bidang teknik, Aksan asyik menekuni musik.
Kamu tertarik mengikuti jejak
mereka?
Untuk urusan belajar ke luar negeri, yang paling sering disebut ya Amerika.
Kemudian Australia, terus Inggris. Padahal, selain itu, ada Jerman, negara yang
juga oke sebagai tempat belajar. Karena itu, Kami sengaja berkunjung ke
beberapa perguruan tinggi di Jerman atas undangan Hochschulrektorenkonferenz
(HRK, Konferensi Rektor Perguruan Tinggi) untuk mencari info buat kamu yang
pengen sekolah di sana.
Sekolah Dengan Biaya minim
Jerman termasuk satu dari sedikit negara yang nggak
memungut biaya sekolah. Benar-benar Murah. Fasilitas Murah ini nggak
cuma berlaku untuk orang Jerman, tapi juga untuk orang Indonesia dan untuk
bangsa-bangsa lain. Ini tentu merupakan kabar gembira buat kita, karena di
Amerika, Australia, juga di Inggris biaya sekolah terbilang mahal untuk ukuran
rata-rata orang kita. Jumlah orang kita yang sekolah di Jerman memang nggak
begitu banyak, hanya beberapa ribu orang saja. Dua di antaranya, Pak Habibie dan Wong Aksan yang jadi penggebuk dram kelompok musik Dewa 19.
Hörsaal an der RWTH Aachen |
Pak Habibie beken banget di Jerman. Para petinggi di hampir semua kampus
yang kami kunjungi, mengenai namanya. Habibie dulu kuliah di Technische
Hochschule di Aachen, sebuah kota pendidikan yang nggak begitu jauh dari Bonn.
Selama 10 tahun ia menghabiskan waktunya di bangku kuliah hingga meraih gelar
doktor di bidang konstruksi pesawat terbang dengan predikat summa cum laude. la
merupakan orang Indonesia pertama yang meraih doktor bidang mesin dan
kedirgantaraan serta merupakan orang Indonesia pertama pula yang meraih gelar
itu di Jerman setelah Perang Dunia II.
Kalau Habibie memilih bidang teknik, Wong Aksan menjatuhkan pilihannya pada
bidang musik, khususnya dram. "Saya masukdepartemen Jazz dan mengambil
kuliah mayor dram," kata Aksan yang berhasil menyelesaikan sekolahnya di
Folkwang-Hochschule, Essen, dengan predikat cum laude. Aksan sendiri
menghabiskan sekitar 4 tahun waktunya di sana. Selain belajar musik, Aksan juga
belajar fotografi dari temannnya. Tentang kepiawaiannnya menggebuk drum, kamu
tentu sudah mendengar dan melihat sendiri.
Mandiri dan
Sungguh-sungguh
Yang namanya sekolah, di mana pun, ya mesti
sungguh-sungguh belajarnya biar sukses dalam waktu singkat. Kalau kamu punya
rencana untuk belajar di Jerman, kamu harus lebih sungguh-sungguh lagi, karena
kemandirian dalam berkuliah di Jerman merupakan haI penting. Apalagi perguruan
tinggi di Jerman umum nya nggak mengenal absensi. Mahasiswa langsung
berhubungan dengan profesor yang bersangkutan di kampus masing-masing. Mereka yang aktif dan terus-menerus berkonsultasi
dengan profesornya, ya bisa lebih cepat selesai. Jadi, semua benar-benar
tergantung pada kesungguhan kamu.
Pilihan bidang ilmu yang bisa kamu pelajari di perguruan tinggi Jerman,
banyak sekali. Hampir semua bidang ilmu didunia ini ada di sana. Jenis
perguruan tinggi di Jerman juga beragam, jumlahnya 315. Dari 315 perguruan
tinggi itu, ada yang disebut Universitas seperti yang sudah kita kenal, ada
juga Perguruan Tinggi Teknik. Mulanya, perguruan tinggi
teknik ini hanya khusus untuk mempelajari bidang teknik saja, tapi belakangan
ilmu sosial dan politik, ilmu filsafat, dan sebagainya juga diajarkan disana.
Selain itu ada
perguruan tinggi yang bisa dibandingkan dengan universitas seperti Perguruan
Tinggi Pedagogig. Di sini disiapkan calon-calon guru untuk menjadi tenaga
pengajar di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Kemudian, ada Perguruan
Tinggi Komprehensif, ada juga Perguruan Tinggi Teologia dan beberapa
universitas swasta. Selain itu, masih ada yang disebut Fachhochschule, yang
menitikberatkan pendidikan pada praktek.
Jelas sekali
bahwa begitu banyak pilihan untuk belajar di Jerman, hingga, mau belajar apa
pun, semua tersedia. Waktu belajar di perguruan tinggi Jerman dibagi 2:
semester musim dingin dan semester musim panas. Secara umum, masa studi di
perguruan tinggi Jerman berkisar antara 8 sampai dengan 10 semester. Ini tentu tergantung pada keaktifan kamu
berkonsultasi dengan profesor yang bersangkutan dan secepat apa kamu belajar.
Kuncinya, Bahasa Jerman
Kalau kamu tertarik untuk belajar di perguruan tinggi
Jerman, maka yang pertama-tama harus kamu kuasai adalah bahasa Jerman karena
bahasa pengantar di sana adalah bahasa Jerman. Di Indonesia hanya ada beberapa
tempat kursus bahasa Jerman, misalnya di Deutsch Einfach Institute . Inilah hal yang membedakannya dengan pusat
kursus bahasa Inggris yang ada di seluruh pelosok tanah air. Karena tempat
untuk belajar bahasa Jerman terbatas sekali, mungkin ini jadi salah satu sebab
mengapa jumlah orang Indonesia yang belajar ke Jerman pun terbatas.
Kamu yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya tentu termasuk
beruntung. Bila kamu berminat untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi di
Jerman, kamu sudah bisa mulai kursus bahasa sejak sekarang. Selain belajar
bahasa, di Deutsch Einfach Institute kamu juga bisa mendapatkan berbagai informasi
tentang dunia pendidikan di Jerman.
Mencari
informasi sebanyak-banyaknya, jelas penting. Ini mengingat sistem pendidikan di Jerman berbeda dengan sistem pendidikan
kita. Jenjang pendidikan tinggi kita dari S1, ke S2, dan ke S3, sedangkan di
Jerman pada umumnya S1 tidak dikenal, sedangkan Diplom dan Magister Artium
adalah sepadan dengan S2 dan doktor dengan S3. Itu sebabnya, untuk melanjutkan
sekolah ke Jerman, ada beberapa penyesuaian yang harus dilakukan. Sementara
untuk melanjutkan sekolah ke Amerika, Australia, maupun Inggris bisa langsung
berjalan, karena sistem pendidikan kita relatif sama dengan negara-negara
tersebut. (Tetapi tolong diperhatikan: Sejak semester ganjil 97/98 di Jerman
terdapat beberapa "Undergraduate and Postgraduate Degree Courses"
yang memberikan kemungkinan bagi mahasiswa Indonesia untuk mencapai gelar B.A.
atau M.A. dengan perkuliahan dalam bahasa Inggris dan Jerman.)
(oleh : Isson Khairul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar