JERMAN
MENEMPATKAN PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI LUAR BIASA
Goethe Universität Frankfurt am Main |
Jerman
menempatkan pendidikan sebagai investasi yang luar biasa penting untuk masa
depan bangsanya. Sebagai negara industri, ia menyadari negerinya yang minim
bahan mentah dan sangat membutuhkan tenaga yang terdidik dan terlatih dengan
baik, agar mampu menghasilkan produk-produk teknologi unggulan yang laris di
pasaran.
Sesuai dengan undang-undang dasar setiap warga Jerman berhak memperoleh
pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Anggaran bagi sektor pendidikan dan ilmu pengetahuan di tahun 1993 sebesar
312, 4 Miliar DM; dari jumlah tersebut dana pemerintah pusat 170,7 Miliar DM. Orang tua di sini tidak perlu repot memikirkan berapa biaya yang
harus dikeluarkan untuk uang sekolah atau uang kuliah anak-anaknya, karena
pendidikan di sini bisa dibilang gratis mulai dari sekolah dasar sampai universitas, semuanya (sebagian besar )
ditanggung negara! Orang tua cukup memikirkan uang bulanan untuk makan, buku
kos atau kontrakan.
Menyadari betapa
besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk dunia ilmu pengetahuan, pemerintah
tidak ingin ini menjadi sia-sia. Hasil pendidikan jangan sampai menambah beban
baru baginya sehingga Jerman menerapkan paduan yang serasi antara pendidikan
dan industri. Tentunya padanan yang serasi ini diharapkan mampu menyumbang
manfaat yang besar pula bagi masyarakat. "Besarnya uang yang dikeluarkan
untuk pendidikan mesti memberikan hasil dan berguna, karena nantinya masyarakat
yang memperoleh manfaat dari industri," kata Sekretaris Jenderal
Hochschulrektorenkonferenz (HRK, Konferensi Rektor Perguruan Tinggi), Josef
Lange, belum lama ini di Jerman.
Sistem
pendidikan yang berlaku tidak sentralistis, tiap negara bagian memiliki
kebijakannya sendiri. Berdasarkan undang-undang pendidikan, kewenangan
pendidikan menjadi beban bersama antara pemerintah federal dan negara bagian. Negara bagian bertanggung jawab atas sekolah umum,
kejuruan atau taman kanak-kanak. Itulah sebabnya mengapa setiap negara bagian
memiliki karakteristik tersendiri.
Pendidikan tinggi dibagi dalam universitas dan Fachhochschule (FH,
perguruan tinggi yang berorientasi pada praktek). Sebagaimana umumnya
universitas, tempat ini menjadi tujuan bagi mahasiswa yang ingin mengkonsentrasikan
diri pada ilmu pengetahuan murni dan mendalami teori sampai bidang ilmu paling
kecil. Sedangkan Fachhochschule lebih menitikberatkan pada praktek. Dapat
dikatakan FH ini mempersiapkan para mahasiswa untuk langsung masuk ke dunia
kerja. Secara umum ia menawarkan waktu kuliah yang lebih singkat dibandingkan
universitas.
Waktu studi di Fachhochschule mencakup 4 - 5 tahun, sedangkan di
universitas berkisar antara sembilan hingga dua belas semester, meskipun dalam
kenyataannya melampaui satu hingga dua tahun. Kalau dirata-rata mahasiswa
Jerman membutuhkan waktu 6 - 7 tahun untuk menyelesaikan studinya di
universitas. Fachhochschule juga menyuguhkan teori dan penelitian, tetapi
pelajaran teori dan penelitian pun lebih berorientasi pada kebutuhan praktis. Karena
itu, ilmu murni dan subyek langka tidak dipelajari di FH.
Fachhochschule merupakan incaran mereka yang ingin menerapkan belajar dan
praktik. Disini terlihat penerapan yang erat antara pendidikan dan industri.
"Konsep 'link and match' nyata terlihat pada Fachhochschule,"
demikian penjelasan Prof. Dr. Gerhard Artmann dari Departemen Biofisika Terapan
Julich, yang menjadi bagian dari FH Aachen. Teori-teori yang dipelajari di
bangku kuliah ini, penerapan dan pengembangannya akan ditemui dalam dunia industri,
sebagaimana yang dilihat Suara Pembaruan di Solar Institute Julich, di mana
mahasiswa langsung menerapkan teori dan mempraktikkan bagaimana energi surya
bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar mobil, atau pun sebagai kebutuhan rumah
tangga. Secara keseluruhan mahasiswa Fachhochschule bersikap lebih optimis
menggapai dunia kerja setelah lulus. Pada tahun 1993 sebanyak 60 persen
mahasiswa FH yakin mendapat pekerjaan di bidang industri atau bisnis. Sekarang
ini lebih dari 315 perguruan tinggi tersebar di seluruh Jerman dan terdiri dari
113 universitas, 157 Fachhochschulen serta 45 Perguruan Tinggi Seni dan Musik.
Di wilayah bekas Jerman Timur, dimana Fachhochschulen tidak dikenal sebelumnya,
sistem pendidikan tinggi mengikuti sistem Jerman bagian Barat. Kini di Jerman
bagian timur terdapat 17 universitas, 14 Perguruan Tinggi Seni dan Musik serta
27 Fachhochschulen.
Penyatuan Jerman masih meninggalkan pekerjaan rumah yang berat bagi
pemerintah Jerman a.I untuk menuntaskan masalah pengangguran. Walaupun demikian
diharapkan kerja sama perguruan tinggi dan sektor industri di negara bagian
baru terus berkembang melalui pembaruan dunia perguruan tinggi.
Riset
Salah satu kunci
keberhasilan pendidikan Jerman adalah perkembangan penelitian atau riset yang
dilaksanakan oleh tiga sektor berbeda, yaitu di perguruan tinggi, badan
penelitian swasta dan industri.
Perguruan tinggi
menjadi tempat tumbuhnya penelitian baru. Di sini penelitian dasar sangat
penting artinya bagi penerapan praktis. Dalam melaksanakan pengembangan dan
penelitian ilmu terapan, perguruan tinggi bekerja sama dengan lembaga
penelitian lain dan laboratorium industri. Hal ini membantu mempercepat
peralihan teori ke dalam praktik, sesuai dengan perubahan dan perkembangan
jaman. Dengan demikian mereka bisa menjadi
semacam perantara dan mitra penting untuk perusahaan kecil dan menengah.
Seperti diakui Wakil Direktur Komunikasi Siemens, Hartmut Runge, Siemens
mengadakan berbagai riset dan menjalin kerja sama yang erat dengan universitas.
"Untuk mengembangkan industri, kami mengalokasi dana secara besar-besaran
untuk riset dan pengembangan," katanya. Sementara untuk mengembangkan
riset, pemerintah Jerman mendirikan badan penyantun dana. Yang terbesar adalah
Deutsche Forschungsgemeinschaft (DFG, Asosiasi Penelitian Jerman) yang
menyalurkan dana bagi peneliti Jerman, khususnya bagi peneliti muda.
"Memang riset adalah tulang punggung segalanya di sini," ucap Humas
DFG Dr. Eva Maria Streiner.
(oleh :
Yohanna Ririhena)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar