SUDAH MURAH BERKUALITAS PULA
Banyak untungnya
jika memilih kuliah di Jerman. Pilihannya seabrek. Tapi, siapa pun yang studi
di sana, dituntut bisa mandiri. Haris, berkeliling ke berbagai
kampus. Mulai nomor ini ia membagi oleh-olehnya itu.
Di jaman seperti
sekarang ini kebutuhan pendidikan semakin meningkat. Wajar kalau kemudian orang berusaha mendapat
pendidikan yang lebih baik. Lulus SMU, ya cari universitas yang bonafid. Maka,
kalau nggak di dalam negeri, alternatifnya ya hijrah ke luar negeri.
Soal kualitas
Jerman adalah salah satu yang bisa diandalkan. Negara yang ekonominya paling maju
di Eropa ini memiliki seabrek universitas, Fachhochschule dan perguruan tinggi
lain yang terbaik.
Selain itu kuliah di Jerman memang menguntungkan. Bayangkan saja,
sekolahnya tak memungut biaya. Ini berlaku bagi siapa saja. Tidak memandang
suku dan bangsa. Hal itulah yang membedakan Jerman dengan negara lain, seperti
Amerika atau Australia. Kualitasnya pun oke.
Bagi pelamar asing, menguasai bahasa Jerman adalah syarat mutlak yang harus
dipenuhi. Asal tahu aja, umumnya perguruan tinggi di sana menggunakan bahasa
Jerman sebagai bahasa pengantar.
Jerman memiliki 315 perguruan tinggi. Tersebar di 16 negara bagian mulai
Schleswig-Holstein di utara, hingga Baden-Wurttemberg di selatan, dari
Nordrhein- Westfalen di barat sampai Brandenburg di timur. Dan yang tertua
adalah Ruprecht-Karls-Universitat Heidelberg, yang berdiri sejak tahun 1386.
KULIAH
TEKNIK
Im Labor von Physikerin Prof. Laura Fabietti. |
Sama halnya
dengan di negara lain, perguruan tinggi di Jerman memiliki bidang studi yang
beragam. Kedokteran, ilmu pengetahuan alam, teknik, hukum, ekonomi, musik dan
sebagai nya. Lulusan nya bisa bergelar Diplom (S1), Magister Artium (S2), atau
Doktor (S3).
Untuk urusan
teknik, Rheinisch-Westfalische Technische Hochschule (RWTH) adalah salah satu
yang banyak diminati. Juga bagi mahasiswa asing.
Universitas yang
terletak di Aachen ini memang dikenal sebagai "markas" orang-orang
teknik. Khususnya di bidang aerodinamika. Nah, di sinilah Pak Habibie kita itu,
dulu, menuntut ilmu.
"Pak
Habibie itu teman baik saya. Dulu kami juga ujian praktikum bareng," kata
Prof. Dr. Egon Krause, pakar aerodinamika, ketika ditemui Hai di tempat
kerjanya.
Menurut Joachim
Weber, Kepala Kantor Urusan Akademik Luar Negeri RWTH Aachen, mahasiswa asing
yang berguru di universitas ini lumayan banyak. Orang Turki, Iran, dan Belanda
adalah yang terbanyak. Sementara mahasiswa Indonesia sedikitnya tercatat 64
orang. Mereka umumnya mengambil bidang teknik mesin. "Lima puluh persen
lulusan RWTH memang dari bidang teknik," tambah Joachim Weber.
Selain RWTH,
Georg-August-Universitat Gottingen (GAUG) juga diminati mahasiswa asing.
Seperti RWTH, universitas yang didirikan tahun 1737 ini menawarkan banyak
sekali bidang studi. Namun yang paling diandalkan adalah pertanian dan
kehutanan. IPB Bogor adalah salah satu yang menjadi mitra kerjanya. Hubungan ini
sudah dirintis sejak tahun 1990.
Tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan akademis anggotanya. Bukan apa-apa, karena sistem pendidikan di Jerman memang berbeda, maka
wadah semacam ini diperlukan. Apalagi umumnya mahasiswa baru (Indonesia) memang
mengalami kesulitan di tahun kuliah pertamanya.
BIDANG
KEDOKTERAN
Vorlesung im Hörsaal der Chirurgischen Universitätsklinik Heidelberg. |
Buat yang berminatdi bidang kedokteran, tengok Universitat Leipzig (UL).
Universitas ini merupakan salah satu yang tertua (1409) di daratan Eropa.
Spesialisasinya kedokteran. Fakultas Kedokterannya sendiri sama tuanya dengan
usia universitas ini.
Namun UL nggak melulu mengandalkan kedokteran. Mereka juga menawarkan
sejumlah bidang studi, seperti hukum, ekonomi, teologi, sampai bahasa dan
sastra. Eh jangan salah, UL ternyata juga mempunyai
jurusan bahasa Indonesia.
Prof. Dr.
Erich-Dieter Krause, satu-satunya ahli bahasa Indonesia yang dimiliki UL,
bahkan mendalami bahasa Indonesia sejak tahun '60-an.
"Banyak
mahasiswa Jerman yang tertarik untuk belajar bahasa Indonesia. Sekarang ini,
kalau nggak salah, ada sekitar 20 orang," ujar Prof. Krause yang mengaku
sering merindukan Indonesia.
Jerman tentu
nggak cuma mempunyai RWTH, GAUG, dan UL. Sebab, sedikitnya di sana terdapat 90
universitas pilihan. Sebut saja Otto
Friedrich-Universitat Bamberg, Technische Universitat Berlin, Universitat
Bremen, dan Universitat Dortmund.
"SIAP
PAKAI"
Selain
universitas, Jerman memiliki pendidikan tinggi dalam bentuk yang lain, yaitu
Fachhochschule (FH).
Berbeda dengan
universitas yang mengutamakan "ilmu murni", FH lebih berorientasi
pada praktik. FH merupakan perguruan tinggi yang menyiapkan tenaga kerja
"siap pakai".
Selain
"siap pakai", keuntungan kuliah di FH adalah jangka waktu studi yang
lebih pondek. Pada umumnya mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dalam delapan
Mmester (enam semester di perguruan tinggi dan dua semester kerja praktek di
industri atau administrasi).
Di sana tersedia
tak kurang 157 FH yang menawarkan lebih dari 100 bidang studi. Fachhochschule
Aachen adalah salah satu FH yang cukup bonafid dan memiliki12 bidang studi,
mulai teknik sipil, teknik elektro, teknik mesin, arsitektur, sampai desain.
"Kuliah di Jerman jauh berbeda dengan di Indonesia. Di sini hampir
semuanya tergantung pada diri kita sendiri. Kalau mau berhasil, ya usahanya
harus benar-benar total," kata Dipl.-lng. Suyanto,
orang Indonesia lulusan FH Aachen.
"Soalnya,
proses belajar-mengajarnya beda banget. Yang namanya profesor itu nggak
membimbing kita terus-menerus. Mereka juga sulit ditemui. Jadi kalau mau riset,
ya semuanya kita yang ngerjain", lanjut cowok yang Januari ini berencana
pulang ke tanah air itu.
FH memang sebuah alternatif yang makin digandrungi mahasiswa, dalam dan
luar negeri. Lembaga pendidikan ini dibentuk pada akhir tahun 60-an. Awalnya
dimulai dari sebuah diskusi panjang mengenai sistem pendidikan, yang kemudian
menghasilkan sebuah kesepakatan di semua negara bagian Jerman. Tujuannya jelas:
Agar sumberdaya yang berguru di FH mampu bersaing di tingkat dunia.
(oleh : Haris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar